Jumat, 24 September 2010

Kucing dan Harimau..

aku seperti kucing yang mendamba menjadi harimau
bermimpi di kala tidur yang tak nyenyak ini
mendengkur di antara tanda satu dua nafasku

mana yang harus dijalani
sementara jam terus berdetak
bergolak berteriak

jadikan momentum
jadikan momentum

suara yang terdengar berulang-ulang
ini oktober bung!!
sebentar lagi november
kemudian desember
tak akan ada lagi waktu 
bagimu tersisa

aku mengaum
namun lebih terdengar 
bagai eongan kucing kecil
seperti figaro

buat aku kuat, dear
mimpi seekor kucing
yang ingin menjadi harimau

Nafas Cinta

hati ini trasa sunyi tanpa nafas cintamu,,
hidup ini sepi tanpa senyuman darimu
diri inisenyap tanpa jiwa kasih mu,,
ruang hatiku gelap tanpa arah tuk melangkah

cinta,,,
mengapa semua harus terjadi???
mengapa disaat terang dunia kalbuku kau berlalu
kau tinggalkan sepenggal dusta dalam rasa,,

cinta..
aku hanya mampu memeluk rasa
memeluk mimpi senja yng kelabu
meniti harapan fajar kelana,,

cinta..
kau buat aku tak yakin untuk melangkah
kau beri aku segenggam luka
mengapa cahaya pelangi menjadi api,,

Kudengar, hanya kudengar...
Rintihan hati tak ku hirau lagi
Menghindar, dari kecamuk batin yang memijar...
Mencoba menahan perih jiwa ini...

Terimakasih, atas segala Kebaikanmu...
Sungguh, aku belajar banyak sesudahnya
Terimakasih, kudapati mutiara yang indah
Ku terima, walau ada sakit yang menyisa...

Banyak kebaikan darimu...
Bodoh-lah aku, jika hal kecil sejenak tadi melumatku...
Banyak yang bisa kucari dan kukagumi...
Walaupun puisi ini adalah gambaran sakit hati...

Kau maafkan, aku maafkan...
Kau benci, tapi itu tak akan ku ikuti...
Biar sakit hati ini, biarlah sakit hati ini...
selamat jalan cinta,,
biarkan kata merangkai hati serupa darah dibalik tirai..




by : Shobi Black Magic

Rabu, 15 September 2010

Doa untuk Kekasih... II

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Ya Allah…
Seandainya telah Engkau catatkan…
Dia milikku tercipta buatku…
Satukanlah hatinya dengan hatiku…
Titipkanlah kebahagiaan antara kami…
Agar kemesraan itu abadi…
Ya Allah…
Ya Tuhanku yang Maha Mengasihani…
Seringkanlah kami melayari hidup ini…
Ketepian yang sejahtera dan abadi…
Maka jodohkanlah kami…
Tetapi Ya Allah…
Seandainya telah Engkau takdirkan
Dia bukan milikku…
Bawalah dia jauh daripada pandanganku…
Luputkanlah dia dari ingatanku…
Dan periharalah aku dari kekecewaan…
Ya Allah ya Tuhanku yang Maha Mengerti…
Berikanlah aku kekuatan…
Menolak bayangannya jauh ke dada langit…
Hilang bersama senja yang merah…
Agarku sentiasa tenang…
Walaupun tanpa bersama dengannya…
Ya Allah yang tercinta…
Pasrahkanlah aku dengan takdir-Mu…
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan
Adalah yang terbaik untukku…
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui…
Segala yang terbaik buat hamba-Mu ini…
Ya Allah…
Cukuplah Engkau sahaja yang menjadi pemeliharaku…
Di dunia dan akhirat…
Dengarkanlah rintihan daripada hamba-Mu yang daif ini…
Jangan Engkau biarkan aku sendirian…
Di dunia ini mahupun di akhirat…
Menjuruskan aku ke arah kamaksiatan dan kemungkaran…
Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yang beriman…
Agar aku dan dia sama-sama dapat membina kesejahteraan hidup…
Ke jalan yang Engkau redhai…
Dan kurniakanlah kepadaku keturunan yang soleh dan solehah…
Ya Allah…
Berikanlah kami kebahagiaan di dunia dan akhirat…
Dan periharalah kami dari azab api Neraka…
Amin…amin…Ya rabbal ‘aalamin.

Doa untuk Kekasih...

Allah yang Maha Pemurah...

Terima kasih Engkau telah menciptakan dia
dan mempertemukan saya dengannya.

Terima kasih untuk saat - saat indah
yang dapat kami nikmati bersama.

Terima kasih untuk setiap pertemuan
yang dapat kami lalui bersama.

Saya datang bersujud dihadapanMU...

Sucikan hati saya ya Allah, sehingga dapat melaksanakan kehendak dan rencanaMU dalam hidup saya.

Ya Allah, jika saya bukan pemilik tulang rusuknya, janganlah biarkan saya merindukan kehadirannya...
janganlah biarkan saya, melabuhkan hati saya dihatinya..
kikislah pesonanya dari pelupuk mata saya dan jauhkan dia dari relung hati saya...

Gantilah damba kerinduan dan cinta yang bersemayam didada ini dengan kasih dari dan padaMU yang tulus, murni...
dan tolonglah saya agar dapat mengasihinya sebagai sahabat.

Tetapi jika Engkau ciptakan dia untuk saya...
ya Allah tolong satukan hati kami...
bantulah saya untuk mencintai, mengerti dan menerima dia seutuhnya...
berikan saya kesabaran, ketekunan dan kesungguhan untuk memenangkan hatinya...

Ridhoi dia, agar dia juga mencintai, mengerti dan mau menerima saya dengan segala kelebihan dan kekurangan saya
sebagaimana telah Engkau ciptakan...

Yakinkanlah dia bahwa saya sungguh - sungguh mencintai dan rela membagi suka dan duka saya dengan dia...

Ya Allah Maha Pengasih, dengarkanlah doa saya ini...
lepaskanlah saya dari keraguan ini menurut kasih dan kehendakMU...

Allah yang Maha kekal, saya mengerti bahwa Engkau senantiasa memberikan yang terbaik untuk saya...
luka dan keraguan yang saya alami, pasti ada hikmahnya.

Pergumulan ini mengajarkan saya untuk hidup makin dekat kepadaMU untuk lebih peka terhadap suaraMU yang membimbing saya menuju terangMU...

Ajarkan saya untuk tetap setia dan sabar menanti tibanya waktu yang telah Engkau tentukan....

Jadikanlah kehendakMU dan bukan kehendak saya yang menjadi dalam setiap bagian hidup saya...

Ya Allah, semoga Engkau mendengarkan dan mengabulkan permohonanku.

Amien.

Rabu, 08 September 2010

Sambutlah ‘si CINTA’ 2010

Saat malam mulai larut
Suasanapun semakin senyap
Aku terbujur dalam kekakuan

Karena hati terpasung dalam kesepian
Kesedihan dengan kesendirian
Seakan menggugurkan sejuta harapan
Sepinya malam berlalu sudah

Pagi datang mengawali hari baru
Aku terbangun dari panjangnya malam
Perlahan aku bergerak,
Berdiri dan kubuka jendela
Tersiratlah cahaya mentari pagi
Menyinari……
Menghempaskan semua khayalan kepahitan

Memang, Aku harus tetap tegar berdiri
Songsong hari yang baru
Sambut dengan sesuatu yang indah
Wujudkan misteri cita dan cinta
Sambutlah ‘si CINTA’ yang cantik
Berikan dia senyum
Warnailah hari-hari dengan cinta


 
By. www.cahayanya.name 

Biar Padam Segala Sepi

Karena ada janji di hati kutulis puisi di laut mimpi
Rindu kelasi meracik janji pengobat mimpi kasih sejati
Topan dan badai aku layari untuk mengikat tanda jemari
Di hulu sepi merangkai hari demi tujuan satu yang pasti


Jika aku merapat nanti sudi engkau datang berlari
Biar kita merangkai hati janji setia sehidup semati
Demi cinta yang telah bersemi cibiran orang jangan peduli 
Selengkapnya…


 
By. www.cahayanya.name 

Kembalilah Padaku

Untukmu yang entah ada di mana kini..
Dengarlah suara hatiku merintih
Memanggilmu. . menyebut namamu..
Berharap kau kembali padaku

Kehilanganmu yang ku cinta
Terlalu berat ku terima kenyataan ini
Aku tak sanggup lagi..
Ku ingin engkau kembali padaku

Meski harus ku lakukan
Pengorbanan terbesar dalam hidupku
Akan ku lakukan
Dengan satu keinginan.. kau kembali padaku
Telah pupus harapanku Selengkapnya



By. www.cahayanya.name 

Takut

Tuhan…

tak terhingga ku mencoba
menempuh berbagai cara
pegang teguh ku bersimpuh
akan iman begitu rapuh

gejolak hati terus bertempur
nista diri tak ubah lumpur
dari dosa yang ku tata
kupelihara ibarat harta

takut ajal datang merenggut
dari akhlak yang tak patut
ku bersujud harap Kau jemput
dari taubat pengantar maut 
Selengkapnya…



By. www.cahayanya.name 

Ku ingin tahu

Ku ingin tahu siapa
Dia yang memikat hati
Entah bagaimana caranya
Aku bisa tergoda

Ku curi-curi waktuku
Tuk mengusik hatinya
Banyak cara kucoba
Demi untuk mendapatkan hatinya

Mungkin kau tahu
Tuk mendapatkan nya
Tuhan tolonglah aku
Ingin kumenangkan hatinya tuk miliki
Selengkapnya…



By. www.cahayanya.name 

Selasa, 07 September 2010

Akhirnya Aku Bersedih Juga

(Rindu Ramadhan)

Khaidir Ali Asingkil,06-september-2010

Kuambil Al Quran dan kubaca isinya
Rasanya lama sekali hari-hariku absen dari bertadarus
Malam-malamku sering lalai dari 
qiyamullail
Zikirku baru sekadar fasih di bibir
Futur… futur… futur…
Kering rasanya jiwa ini saat jauh dari-Mu

Mata ini kurang terjaga
Padahal nenekku dulu sering menasehatiku,
“Mata itu mahal, jangan kaupakai buat nonton maksiat seperti itu.”
kata nenekku sambil menunjuk TV yang sedang kupelototi gambarnya.

Telinga ini pun belum mampu kujaga dengan baik.
Lagu-lagu yang biasa muncul di TV
lebih sering mengisi gendang telingaku
daripada lantunan ayat-ayat Al quran.
Astaghfirullah haladzim…
Ampuni dosa-dosa hamba ya Allah.
Seharusnya di hati ini hanya ada tiga kata,
Lillah (untuk Allah), Billah (bersama Allah), dan Fillah (di jalan Allah)”

Saat seperti ini…
Aku sangat merindukan suasana Ramadhan
Bulan yang membuatku bersemangat dalam beribadah.
Aku rindu suasana sahur bersama
Dan menikmati shalat berjamaah tarawih.
Aku rindu saat 
i’tikaf bersama di masjid.
Rindu berkumpul bersama orang-orang yang merindukan-Mu.

Ya Allah…
Sampaikan umurku hingga Ramadhan depan dan tahun berikutnya.
Berikan hamba kenikmatan ibadah Ramadhan
Bimbing hamba agar bisa meraih pahala 1000 bulan di keheningan 
lailatulqadar.
Kabulkan ya Alah….
Amin.

Diposkan oleh Indah Ratnaningsih 

Rindu Suasana Religi

Ya Allah, Ampuni kekhilafan hati hamba
Ampuni hamba yang telah salah mengarahkan cinta ini

Ya Allah, bimbing hamba agar mencintai-Mu
Dan mencintai orang-orang yang mencintai-Mu
Allah… kumpulkan hamba bersama orang-orang yang mencintai-Mu
Satukan hamba bersama orang-orang yang mencintai syariat-Mu

Ya Allah, berikan hamba kenikmatan dalam cinta kepada-Mu
Cinta yang tidak akan membuat seorang hamba menyesal
Berikan hamba kenikmatan dalam beribadah kepada-Mu
Kenikmatan saat bersujud di atas sajadah-Mu
Kenikmatan dalam tangis taubat kepada-Mu
Kenikmatan dalam melantunkan ayat-ayat-Mu
Kenikmatan dalam berzikir menyebut Asma-Mu
Kenikmatan dalam beramar makruf nahyi mungkar
Seperti membuat pagar emas di surga-Mu

Ya Allah… 
Satukan hamba di surga kelak bersama orang-orang yang mencintai-Mu
Ya Allah….
Berlebihankah jika hamba ingin dipertemukan dengan-Mu dan Rasul-Mu kelak?
Ya Allah….
Puaskan rindu ini dalam peluh cinta-Mu.



Diposkan oleh Indah Ratnaningsih

Senin, 06 September 2010


Mencintai wanita adalah awal dari sebuah derita, benarkah? Bukan wanita yang membuat derita, melainkan mencintai wanita yang tidak mencintai mullah yang akan menciptakan derita bagimu.
(Muhammad Idris Asy Syafi ’i)

Dia tidak begitu cantik, tapi entah mengapa hati ini selalu ingat kepadanya. Terasa sulit bagi diri ini untuk melupakan tutur kata dan wajahnya. Terasa hampa andai sehari tidak berjumpa. Mungkin, inilah yang dinamakan cinta. Hati selalu rindu, tergetar ketika mendengar namanya, bahkan ada perasaan indah saat mendengar daerah tempat tinggalnya.

Namun, aku sendiri bingung jika ditanya, “karena apa kamu mencintainya?”

Tidak karena apa-apa, tidak karena wajah (ada banyak wanita yang lebih cantik), tidak karena kecerdasan (ada banyak wanita yang lebih cerdas, walau jujur saja dia memang cerdas), tidak karena kekayaan, tidak karena keimanan (dia biasabiasa saja dalam menjalankan kewajiban kepada Tuhannya, sebagaimana yang lain). Entahlah, tetapi yang jelas dia adalah teman sekantorku. Mungkin, intensitas pertemuanlah yang menjadikan benih-benih cinta bersemai dalam hati sanubariku.

Hari-hari ketika ada dia menjadi hari-hari yang menyenangkan. Kantor jadi tempat terindah. Betaaaah sekali ada di sana. Semangat kerja berlipat-lipat. Bunga-bunga nan semerbak seakan bertaburan di mana-mana. Penampilanku yang asalasalan mulai dipermak sedemikian rupa sehingga terlihat rapi, lebih bersih karena “sering mandi” dan “berkaca diri” di depan cermin. Setiap kali dia pulang, aku pun ingin ikut pulang mengantar. Terkadang, dengan beribu alasan, aku ikut naik angkot dengannya walau jurusan kita pulang berbeda arah (saat itu orang yang punya motor masih bisa dihitung dengan jari, lho).

Yah, dia menjadi segala-galanya. Semua energi seakan tersita olehnya. Senang-susah, bahagia-menderita, ada di tangannya. Benar apa yang disenandungkan Maulana Jalaluddin Rumi:

Lewat cintalah semua yang pahit akan jadi manis.Lewat cintalah semua tembaga akan jadi emas.
Lewat cintalah semua endapan menjadi anggur murni.
Lewat cintalah semua kesedihan akan jadi obat.
Lewat cintalah si mati akan jadi hidup.
Lewat cintalah raja jadi budak.


Aku, yang biasanya acuh, mendadak jadi seorang pencemburu. Aku jadi nggak enak hati apabila ada lelaki lain yang dekat dengannya atau sekadar menanyakan dia walau sebenarnya untuk urusan kantor. Akan kucari informasi tentang lelaki itu untuk memastikan apakah dia mencintai bidadariku ini ataukah tidak.

Aneh ... bagi orang yang tidak merasakan cinta, semua itu menjadi aneh, lucu, menggelikan, bodoh, dan ... kekanak-kanakan. Namun, tidak bagiku. Kata-kata Cleopatra tampaknya begitu pas menggambarkanku, “Cinta tidak menjadikan Bumi ini beredar, tetapi dengan cintalah peredaran Bumi menjadi amat bermakna.” Apa yang dilakukan oleh orang yang tengah dimabuk cinta terkadang dipandang konyol oleh orang di luar dirinya.

Entah, apakah dia menyadari atau tidak perasaan hati ini kepadanya. Aku takpernah mengatakannya. Tidak seorang pun di antara teman-temanku yang tahu gelora cintaku kepadanya. Hanya ada seorang teman dekat, tempat aku curhat dan berbagi yang tahu keadaanku ini. Dia pula yang selalu membantuku. Mungkin, si Dia tahu bahwa aku mencintainya dari perhatian dan kebaikanku kepadanya yang terkesan lebih. Memang, dengan siapa pun aku selalu berusaha menjaga sikap, perasaan, dan berlaku baik sehingga aku diterima banyak orang. Namun, dengannya terasa beda, kebaikanku berlipat-lipat.

Semakin intens pertemuan dengannya, semakin kuat pula perasaan ini kepadanya. Namun, aku tidak berani mengungkapkannya. Lidah ini begitu fasih membicarakan banyak hal. Namun ... lidah ini mendadak kelu saat harus menyatakan cinta ini kepadanya. Lisanku kembali fasih saat berdoa kepada Tuhanku. Ya, alhamdulillah, aku banyak sekali curhat kepada-Nya, mengadukan gelora jiwa ini kepada-Nya.

Gumamku dalam sela-sela ibadah shalatku, “Ya Allah, Engkau Mahatahu perasaanku. Aku mencintainya ya Allah ... jadi kanlah dia pendamping hidupku, ibu dari anak-anakku. Lapangkanlah dan mudahkanlah jalan bagiku untuk bersanding dengannya. Andai masih ada ruang kosong di dalam hatinya, perkenankan agar engkau mengisi hatinya dengan namaku. Jangan biarkan aku menderita. Ya Allah, aku sangat mencintai dan mengasihinya. Rabbana hablana min azwazina wa durriyatina qurrata a’yun waj ’alna lil muttaqina imama.

Begitulah, dia menjadi sentral dalam doa dan munajatku, mengalahkan doaku untuk ibu, bapak, guru-guruku, dan orang-orang yang telah berjasa kepadaku. Bagaimana dengannya? Aku taktahu pasti. Namun, dari gerak-geriknya, dia seakan memberiku harapan. Entah memang karena sifatnya seperti itu atau sekadar menghargaiku sebagai seorang teman. Aku tidak tahu. Kalau aku memberikan sesuatu sebagai hadiah dariku untuknya, dia pun menerima dengan senyum manis. Kalau ngobrol, dia pun merespons dengan baik. Terkadang, dia pun mau pulang bersamaku. It’s no problem baginya. Malah, ada sesuatu yang amat berkesan. Ia pernah memberikan cokelat untukku sebagai hadiah kelulusanku. Cokelat ... bukankah itu tanda cinta? Duh, itu dia yang aku cari.

Tibalah suatu hari, ketika itu langit seakan hendak runtuh. Dada terasa sesak, bukan karena penyakit asma, tetapi karena sumbatan emosi kesedihan dan keterkejutan. Dia memutuskan keluar dari pekerjaan. Alasannya sederhana, ingin melanjutkan studi. Si Bunga Hati mengatakan itu pada penutupan kegiatan kantor di luar kota. Saya dan teman-teman mengucapkan selamat dan kata-kata perpisahan kepadanya dengan senyuman. Namun, berbeda dengan yang lain, senyuman di mulutku bertolak belakang dengan gambaran hatiku yang terasa sumpek.

Terbayang di benakku pertemuan yang intens di kantor akan segera berakhir. Padahal, bagi seorang pencinta, bertemu dengan yang dicintai adalah segalanya. Namun, ada sisi baiknya. Aku pun bertekad untuk mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya kepada dia. Lagi-lagi, aku taksanggup berbicara langsung. Lagi-lagi, lisanku kelu. Maka, kubelikan sejumlah buku kesukaannya. Kubungkus dengan menjadi sebentuk kado yang indah. Kuselipkan surat cinta di dalamnya. Lalu, kukirimkan ke alamatnya melalui kantor pos dekat rumahku.

Dua hari kemudian ... tepatnya pukul dua siang lebih lima belas menit, ponselku menyala, tertulis sebuah kiriman pesan singkat di dalamnya ... hatiku berdebar kencang saat tertulis namanya di sana. Kubuka dengan tangan bergetar. Rasaku saat itu, inilah momentum terpenting dalam hidupku, apakah si Bunga Hati akan benar-benar menjadi milikku atau ... aku taksanggup menyebutkannya.

“Terima kasih atas hadiahnya, kebaikannya .... Namun, jujur saja aku terkejut ketika kubaca surat kirimanmu itu. Aku takbisa berkata apa-apa selain sebuah doa semoga Allah memberimu kesuksesan dalam karier, dilancarkan segalanya. Kita tetap berteman saja yah ... salam.”

Semangatku seakan hilang ditelan Bumi. Semuanya tampak runyam, kusam, dan takpunya arti. Manis terasa pahit. Putih terlihat hitam. Gelap ... semuanya menjadi gelap. Kusam. Sebuah SMS dengan beberapa ratus karakter cukup untuk memukulku KO. Entah karena saking cintanya, aku terkena stres stadium III, sedikit lagi (stadium IV) aku terkena depresi. Nafsu makan hilang, semangat kerja down, pikiran takmenentu. Selama beberapa minggu berat badanku turun karena tidak lagi memiliki nafsu makan. Kualitas kerjaku turun drastis hingga harus mendapat teguran dari atasan. Kalau bukan karena orang tua, mungkin aku sudah keluar dari pekerjaan ... atau melakukan yang lebih dari itu!

Hatiku semakin terpukul saat beberapa SMS-ku tidak direspons olehnya. Dia pun seakan menghindar dariku saat berkunjung ke kantor untuk suatu pertemuan. Aku pun jadi malu sendiri ... walau hati tetap rindu. Aku tahu, bahwa dalam dunia percintaan, ungkapan “cinta itu takharus memiliki” sudah takberlaku lagi.

“Cinta itu akan terasa indah apabila memiliki. Kalau tidak memiliki, ya jangan dicintai,” begitu ungkap seorang teman. Namun, sebagai pelarian dari kegagalanku mendapatkan cintanya, jargon bahwa cinta takharus memiliki tetap kupegang erat dan kusimpan rapat-rapat di dalam hati (kalau sudah dimabuk cinta, biasanya rasionalitas dan kewarasan berpikir akan terpinggirkan).

Bertahun-tahun lamanya, harapan hatiku tetap tertuju kepadanya. Walau aku tahu, cintaku bertepuk sebelah tangan. Aku tidak berpikir untuk menikah dengan wanita lain selain dengannya. Harapanku masih tetap menyala saat mengetahui kalau dia belum memiliki hubungan apa pun dengan laki-laki lain. Selama itu pula, aku senantiasa berdoa kepada Tuhan agar dia menjadi milikku.

Mungkin Allah Swt. berkehendak lain. Dia tidak mengabulkan doaku itu. Aku taktahu apakah aku terkena penyakit jiwa atau tidak. Yang jelas, rasa cintaku mulai bergeser menjadi sebuah kebencian. Lahir sebuah dualisme di dalam hati: cinta bercampur benci. Aku takbisa memungkiri bahwa aku sangat mencintainya. Namun, aku pun putus asa dari mendapatkan cintanya. Terbetik dalam hatiku untuk membalas dendam kepadanya. “Akan kubuat kau menyesali keputusanmu itu!” Aku pun terpacu untuk berkarya, berprestasi, dan membuat matamu melihat siapa aku. Dalam pengakuannya, tokoh kita ini telah menjadikan doa sebagai salah satu andalan baginya untuk mendapatkan cinta wanita idamannya. Berhasilkah? Secara lahiriah, doa-doa yang dia panjatkan seakan tidak menghasilkan apa-apa. Jangankan menerima, wanita yang diidamkannya malah semakin menjauh darinya. Ada semacam keseganan, kekakuan, dan ketakutan apabila harus kontak dengan si Lelaki. Namun, jangan salah, Allah Swt. punya rencana lain. Karena boleh jadi, menurut ilmu-Nya, si Wanita bukanlah jodoh terbaik bagi si Lelaki dan dia belum menyadarinya. Lalu, apa efek terbesar yang dirasakan si Lelaki dari doa-doa yang dipanjatkannya itu? HAKIKAT KEIKHLASAN. Orang boleh saja menganggap aku konyol, lelaki lemah, takpandai memilih, kayak nggak ada wanita lain aja selain dia, tapi mereka tidak merasakan bagaimana indahnya cinta dan dukanya ketika cinta itu takberbalas. Efeknya terus terasa hingga bertahun-tahun lamanya hingga memengaruhi banyak aspek kehidupanku.

Alhamdulillah, Allah Swt. masih sayang kepada diriku. Walau Dia tidak mengabulkan doaku persis sama sebagaimana aku minta, Dia menunjukkan sesuatu yang lebih berharga dari pada seorang wanita. Suatu kali, seorang teman bertanya kepadaku tentang makna hadits, “Barang siapa menikahi wanita karena memandang kedudukannya, Allah akan menambah baginya kerendahan."

“Barang siapa menikahi wanita karena harta bendanya, Allah akan menambah baginya kemelaratan. Barang siapa menikahi wanita karena keturunannya, Allah akan menambah baginya ke-hina-an. Akan tetapi, barang siapa menikahi seorang wanita karena ingin meredam gejolak nafsu dan menjaga kesucian dirinya atau ingin merekatkan ikatan kekeluargaan, Allah akan memberkahinya bagi istrinya dan memberkahi istrinya bagi dirinya.” (HR Al Bukhari)

Hadits Rasulullah ini benar-benar menghunjam ke dalam jiwaku. Memang, sebelumnya aku sudah pernah membaca hadits ini, tetapi kali ini efeknya benar-benar berbeda, terlebih setelah aku renungkan dalam-dalam. Aku terhenyak. Aku baru tersadar, selama ini aku mencintai dia dengan mengorbankan banyak hal: diri sendiri, orang tua, perusahaan tempatku bekerja, dan tentu saja Tuhanku. Tanpa sadar, aku telah menuhankan makhluk dengan merusak banyak hal. Aku kecewa berat karena aku mencintai seseorang bukan karena Allah. Aku meradang karena aku memberi bukan karena mengharap ridha Allah, melainkan mengharap ridha manusia. Aku bekerja keras untuk meraih prestasi, menuntut ilmu, bukan untuk kemuliaan agama Allah, tetapi untuk membalas dendam dan mengharapkan penilaian manusia.

Begitulah, ketika seseorang melakukan sesuatu dan sesuatu itu tidak dijiwai oleh nilai-nilai ketauhidan, kekecewaan akan sangat dekat dengannya. Seakan-akan, Rasulullah saw. berkata, “Jika engkau mencintai seseorang bukan karena Allah, niscaya engkau akan dihinakan dengan cinta itu. Jika engkau mencintai seseorang hanya karena kecantikan dan kepintarannya, tunggulah kalau kecantikan dan kepintarannya itu akan menghinakanmu.”

Inilah bentuk ijabahnya doa dari Allah. Dia memberikan sesuatu yang sangat berharga: HAKIKAT KEIKHLASAN; yaitu bangkitnya kesadaran bahwa dalam melaksanakan segala sesuatu, keikhlasan harus menjadi landasannya. Tanpa keikhlasan, semua tidak akan berarti di sisi Allah.

Aku pun mulai memperbaiki niat, mengubah doa, dan mencoba mencari perspektif lain yang lebih menguntungkan dunia dan akhirat, “Ya Allah, jadikanlah Engkau sebagai pusat kehidupanku. Jika aku mencintai seseorang, jadikanlah cintaku itu sebagai jalan bagiku untuk semakin dekat dengan-Mu. Jangan biarkan aku terlena dengan manusia dengan melupakan-Mu. Ya Allah, Engkau Mahatahu siapa pendamping terbaikku. Pertemukanlah aku dengan cara terbaik, nikahkan aku dengan cara terbaik, dan himpunlah aku dalam rumah tangga terbaik sebagaimana dicontohkan oleh manusia-manusia terbaik pilihan-Mu. Ya Allah, muliakanlah dia dengan kesalehan. Pertemukanlah dia dengan pendamping yang akan membawa pada kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Hilangkanlah dalam hatiku rasa cinta kepadanya dan gantilah dengan rasa cinta kepada-Mu.” Itulah sebagian dari doa-doaku.

Alhamdulillah, dengan mengambil perspektif baru berlandaskan keikhlasan, hati ini menjadi lebih lapang. Kini, aku menganggapnya sebagai teman biasa. Tidak ada lagi benci bercampur rindu. Yang ada hanyalah “rasa sayang” kepada seorang teman. Begitulah, teramat mudah bagi Allah untuk membolak-balikkan hati manusia. Awalnya cinta jadi benci setengah mati. Awalnya rindu jadi dendam kesumat. Sebaliknya, mudah pula bagi Allah untuk menjadikan benci menjadi cinta dan rindu menjadi dendam. Namun, di sana ada pilihan kita: mau yang mana? Maka, mintalah yang terbaik dari-Nya: sesuatu yang membahagiakan, yang melapangkan hati, dan membawa kebaikan bagi diri dan orang lain.

Orang berubah jika sudah cukup tahu.
Orang berubah jika sudah cukup mau.
Orang berubah jika sudah cukup menderita.

Rasa cinta dan benci lahir karena penghayatan yang intens. Namun, keduanya bukanlah dua jenis emosi berlawanan. Cinta dan benci adalah emosi yang berjalan bersama (Rollo May, 1969). Keberadaan keduanya bisa dianalogikan dua sisi mata uang. Garis pemisah antara keduanya merupakan garis yang manis. Artinya, perasaan cinta sering diawali perasaan benci atau sebaliknya. Walaupun demikian, begitu rasa benci—sebagai emosi negatif—ditahan dan ditekan, tanpa disadari rasa cinta—sebagai emosi positif—yang hanya dipisahkan garis pemisah yang manis pun ikut tertekan. Jadi, kematian rasa benci, secara otomatis akan diikuti kematian rasa cinta. Begitulah proses penghayatan emosi yang dirasakan.